oleh : Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah
Syaikh berkata :
قال المروذي رحمه الله: ((قِيلَ : لِأَبِي عَبْدِ اللَّهِ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَل رَجُلٌ لَهُ خَمْسُمِائَةِ دِرْهَمٍ تَرَى أَنْ يَصْرِفَهُ فِي الْغَزْوِ وَالْجِهَادِ أَوْ يَطْلُبَ الْعِلْمَ قَالَ : إذَا كَانَ جَاهِلًا يَطْلُبُ الْعِلْمَ أَحَبَّ إلَيَّ)). الآداب الشرعية لابن مفلح (2/43).
كم من شاب من شباب الأمة اندفع بلا علم وراء ما يظنه جهادًا ونصرةً للدين فكان ما ترتب على فعله من الفساد أعظم مما كان يظن أنَّه سيحققه لأمته، ولو جلس يطلب العلم على أهله وحملته لأبصر وسلم.
al-Marudzi rahimahullah mengatakan :
Ada yang bertanya kepada Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal, “Ada seorang lelaki yang memiliki uang 500 dirham, apakah menurutmu sebaiknya uang itu diinfakkan untuk perang, jihad, atau untuk menimba ilmu?”
Beliau -Imam Ahmad- menjawab, “Apabila dia adalah orang yang jahil/tidak berilmu, maka menimba ilmu itu jauh lebih aku sukai baginya.” (al-Adab asy-Syar’iyyah karya Ibnu Muflih, 2/43)
Betapa banyak pemuda diantara pemuda umat ini yang berupaya membela diri dan membenarkan pendapat pribadinya tanpa ilmu dengan kedok demi menegakkan jihad -dalam sangkaan dirinya sendiri- dan demi membela agama, akan tetapi ternyata dampak negatif dan kerusakan yang ditimbulkan oleh perbuatannya jauh lebih besar dari apa yang dia sangka bahwa dirinya akan mampu mewujudkan kebaikan bagi umatnya.
Seandainya dia mau duduk menimba ilmu bersama dengan pakarnya -ulama- dan para pembawa panjinya -ahli ilmu- niscaya dia akan bisa mengerti jalan yang benar dan selamat dari kerusakan.